Minggu, 14 Oktober 2018

KONSEP & STRATEGI PEMASARAN INDOMIE DALAM MEMASUKI PASAR INTERNASIONAL


1.1.  Latar Belakang
Perubahan gaya hidup sering kali mempengaruhi pola konsumsi masyarakat. Salah satu dari perubahan itu adalah digemarinya mie instan sebagai makanan pengganti nasi. Bahkan kian hari produk ini kian menjadi makanan pilihan konsumen, karena selain praktis dan harganya pun terjangkau, mie instan juga cukup mengenyangkan perut.
Perkembangan produk mie instan di Indonesia memperlihatkan suatu peningkatan yang positif. Secara kuantitas, produk mie instan dari tahun ke tahun mengalami kenaikan dengan tren yang positif. Hal ini menunjukan suatu prospek yang cukup baik bagi industry mie instan pada masa yang akan datang. PT. Indofood Sukses Makmur menjadikan mutu dan kepuasan pelanggan sebagai basis bagi perencanaan yang dilakukan oleh perusahaan. Oleh karena itu, keinginan dan kebutuhan konsumen harus diperhatikan oleh produsen karena kebutuhan ini akan terus-menerus berubah. Perkembangan produk mie instan yang sudah dianggap sebagai makanan cepat saji dan bahkan sebagai makanan pokok menyababkan tingkat persaingan pada industry mie instan semakin tinggi.

1.2.  Teori
1.2.1. Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran adalah pola pikir pemasaran yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pemasarannya. Strategi pemasaran berisi strategi spesifik untuk pasar sasaran, penetapan posisi, bauran pemasaran dan besarnya pengeluaran pemasaran (Philip Kotler, 2004:81).
Begitu kuatnya citra Indomie di pasar Indonesia sehingga sebagian masyarakat menganggap seolah mie instan itu adalah Indomie (Indomie menjadi Top of Mind dalam mie instan). Dalam Top Brand Index (TBI) periode 2006-2008, Indomie menduduki posisi pertama dengan TBI berturut-turut 65,8%, 66,5% dan 71,4% (David, S.S., 2008, Majalah Marketing-Edisi Khusus TOP BRAND). Keberhasilan Indomie terus bertahan di urutan teratas Top Brand adalah berkat kosistensi Indomie dalam menjalankan strategi kunci 3A, yaitu :
·       Acceptability, yaitu rasa Indomie yang sudah bisa diterima di lidah konsumen (Product).
·       Avalaibility, produk Indomie mudah diperoleh dimana saja (Place).
·       Affordability, tercermin dari harga eceran Indomie yang terjangkau (Price).

1.2.2. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Bauran Pemasaran (Marketing Mix) adalah strategi mengkombinasikan kegiatan-kegiatan marketing, agar tercipta kombinasi maksimal sehingga memunculkan hasil paling memuaskan (Alma, 2005:205). Bauran pemasaran (marketing mix) terdiri dari :

  •    Produk (Product)
Produk adalah setiap apa saja yang bisa ditawarkan di pasar untuk mendapatkan perhatian, permintaan, pemakaian atau konsumsi yang dapat memenuhi keingingan atau kebutuhan (Sumarni dan Soeprihanto, 2010:274).
Produk yang diproduksi oleh Indomie adalah mie yang memiliki kualitas tinggi dengan macam varian, yaitu Indomie goreng dengan rasa yang berbagai macam seperti  Indomie goreng Special, Indomie goreng Rendang dan lain-lain, pada Indomie kuah juga memiliki varian rasa, yaitu Indomie rasa soto special, Indomie kari ayam, Indomie rasa Ayam Bawang dan bahkan ada Indomie citarasa tradisional seperti Indomie goreng Cakalang, Indomie rasa soto Betawi dan soto Banjar. Hal tersebut menunjukan bahwa Indomie ingin terus memberikan mie yang berkualitas kepada konsumennya dengan terus melakukan inovasi untuk menghasilkan citarasa mie yang sesuai dengan selera konsumen.

  •      Harga (Price)
Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya (Sumarni dan Soeprihanto, 2010:281).
Indomie selain dapat dibeli per bungkus, dapat juga dibeli dengan paket 5 bungkus atau paket 1 kardus berisi 30 atau 40 bungkus indomie. Harga Indomie juga sangat murah dan terjangkau bagi semua kalangan masyarakat di Indonesia, per bungkus indomie dihargai sekitar Rp 2000.

  •     Tempat (Place)
Tempat dalam marketing mix biasa disebut dengan saluran distribusi, saluran dimana produk tersebut sampai kepada konsumen. Saluran distribusi adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan produk tersebut dari produsen sampai ke konsumen atau industry pemakai (Sumarni dan Soeprihanto, 2010:288).
Group Distribusi Indofood memiliki jaringan distribusi terluas di Indonesia, menembus sampai hampir ke setiap sudut kepulauan. Jumlah titik stok (gudang) semakin diperbanyak secara agresif sejak tahun 2005 sehingga mampu menyediakan penetrasi yang lebih luas melalui rantai supplay dan penghantaran. Gudang stok ditempatkan pada area-area yang memiliki outlet retail yang banyak termasuk pasar tradisional, sehingga setiap gudang dapat melayani masing-masing area geografis dalam waktu yang sesingkat mungkin (www.indofood.com).
  • Promosi (Promotion)
Promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran artinya aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk dan atau meningkatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan (Tjiptono, 2008:218).
Promosi yang dilakukan Indomie adalah dengan melalui tagline “Indomie…Seleraku” demikian sebuah ‘jingle’ iklan yang nyaris selalu ada pada ingatan masyarakat terhadap produk makanan mie instan. Selain itu, Indomie juga melakukan promosi dengan memasang billboard, iklan tv dan sponsor acara.

1.2.3. Segmentasi, Targeting, Positoning
1.2.3.1. Segmentasi
Segmentasi pasar dapat diartikan sebagai proses mengelompokan pasar keseluruhan yang heterogen menjadi kelompok-kelompok atau segmen-segmen yang memiliki kesamaan dalam hal kebutuhan, keinginan, perilaku dan/atau respon terhadap program pemasaran spesifik (Tjiptono dan Chandra, 2012:150).

Segmentasi pasar Indomie, yaitu :
1.    Geografis : wilayah seluruh Indonesia, dari kepadatan tinggi sampai rendah.
2.    Demografis : jenis kelamin (semua), agama (semua), pekerjaan (semua), pendidikan (tidak terbatas), ras (tidak terbatas).
3.    Psikografis : gaya hidup konsumtif, praktis dan hemat.
4.    Perilaku : tingkat pemakaian tinggi hingga rendah, loyalitas konsumen, tujuan penggunaan.

1.2.3.2. Targeting
Pasar sasaran adalah proses mengevaluasi dan memilih satu atau beberapa segmen pasar yang dinilai paling menarik untuk dilayani dengan program pemasaran spesifik perusahaan (Tjiptono dan Chandra, 2012:162).

Target pasar Indomie adalah semua umur kecuali balita.

1.2.3.3. Positioning
Positioning adalah cara produk, merek atau organisasi perusahaan dipersepsikan secara relative dibandingkan dengan produk, merek atau organisasi pesaing oleh pelanggan saat ini maupun calon pelanggan (Tjiptono dan Chandra, 2012:1).

Positioning Indomie, yaitu :
1.    Menanamkan di benak konsumen bahwa Indomie adalah mie-nya orang Indonesia, dengan citarasa Nusantara dari berbagai daerah, sehingga sesuai dengan tagline “Indomie…Seleraku”.
2.    Mie instan yang praktis dan nikmat untuk dikonsumsi, dapat dihidangkan dengan lauk pauk lainnya.

1.2.4. Pemasaran Indomie di Mancanegara
Produk Indomie sudah bisa didapatkan di sekitar 80 negara di dunia. Langkah pemasaran dan pembangunan brand-nya yang sangat intensif menjadikan banyak masyarakat sejumlah negara di dunia menganggap Indomie adalah produk asli negaranya. Setelah Malaysia, Surinah, Saudi Arabia dan Nigeria, Indofood tengah  bersiap membangun fasilitas produksi di Maroko. Brand Indomie bahkan nyaris mendunia dengan cakupan pasar yang mencapai Asia, Timur Tengah dan Amerika Latin.
Indonesia sudah hadir cukup mapan menguasi pangsa pasar mie instan di dalam negeri. Produk mie instan ini memang sudah dikenal oleh konsumen-konsumen dibanyak negara di belahan dunia. Bahkan di dalam negeri, begitu kuatnya brand awareness Indomie di benak masyarakat, namanya kadang melekat sebagai pengganti nama mie instan.
Berhasil membangun brand sebagai produk mie instan nomor satu di dalam negeri, Indofood pun mulai berkespansi memasarkan produknya ke sejumlah negara. Di Nigeria, Indofood telah eksis sejak 20 tahun silam. Dari Nigeria, Indomie menyebar menguasai  pasar mie instan di Afrika Barat.
Indofood menjejakan kakinya di Nigeria melalui Dufil Group, yang merupakan kelompok usaha kerja sama yang dijalain antara Salim Group dan Tolaram Group asal Singapura. Ada yang menarik dari kisah Indomie di Nigeria, yaitu begitu massifnya upaya branding Indomie di negara tersebut hingga menguasai pasar lokal dan Afrika Barat, banyak penduduk lokal Nigeria menganggap bahwa Indomie adalah produk mie instan asal Nigeria.
Di Mesir, Indomie hadir melalui perusahaan patungan Salim Wazaran Abu Alata Co. Ltd. Perusahaan patungan ini kemudian mulai membangun fasilitas produksi pada 10 tahun silam dan mulali berproduksi pada 2009. Saat ini pabrik Indomie di Mesir menyerap 1000 tenaga kerja.
Sementara di Malaysia, Indofood mulai mengembangkan bisnisnya dengan membeli fasilitas produksi mie instan milik perusahaan mie Malaysia Medan Pulangan Sdn Bhd senilai juta ringgit Malaysia pada Juni 2006. Langkah ini dilakukan untuk menurunkan biaya transportasi dan investasi bagi kegiatan produksi Indofood di Malaysia. Sejumlah varian Indomie hasil produksi Malaysia pun sempat dipasarkan di Indonesia, untuk melengkapi pilihan produk yang ditawarkan bagi para konsumennya.
Saat ini, Salim Group melalui Indofood juga tengah melebarkan ekspansinya ke Maroko. Perusahaan ini tengah menyelesaikan pembangunan pabrik Indomie di kawasan Ain Johra Industrial Estate di Tiflet, Maroko. Indomie telah memasuki pasar Maroko lima tahun lalu, dengan membentuk Indo Marocco Company suatu kemitraan antara Sawaz Group (Salim Group dan Wazaran/Arab Saudi Group) dan perusahaan lokal Maroko LINA yang dimiliki oleh pengusaha Abdullah Ghozy.

1.3.  Analisis
Menurut saya brand name yang telah melekat di masyarakat membuat Indomie tetap menjadi Market Leader produk mie instan di Indonesia. Bila sudah mendengar atau membaca jingle “Indomie…Seleraku” otomatis masyarakat langsung teringat produk mie instan ini. Untuk mempertahankan posisinya sebagai produk mie instan nomor satu dan berkualitas, Indomie terus melakukan inovasi yaitu, dengan menciptakan berbagai macam rasa baru yang tidak ada di produk mie instan lain. Dengan menciptakan citarasa Nusantara, Indomie berhasil memperkenalkan makanan khas daerah yang ada di Indonesia hanya dengan sebungkus mie instan, sehingga Indomie mampu mempertahankan budaya Indonesia. Faktor budaya memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kegiatan pemasaran Internasional yang dijadikan landasan bagi para pelaku bisnis untuk melakukan kegiatan usahanya. Hal ini karena budaya pada tingkat Internasional sangat beragam, berbeda-beda dan dinamis sehingga memerlukan cara, strategi yang berbeda-beda pula untuk memasarkan produk tersebut.

Referensi
Kotler, Philip. 2004. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol. Jilid 1 Edisi Kesebelas. Jakarta: Prenhallindo.

Buchari, Alma. 2005. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Cetakan 5. Bandung: CV Alfabeta.

Sumarni, Murti dan John Soeprihanto. 2010. Pengantar Bisnis (Dasar-Dasar Ekonomi Perusahaan). Edisi ke 5. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.

Tjiptono, Fandy. 2008. Strategi Pemasaran. Edisi ke 3. Yogyakarta: Andi.

Tjiptono, Fandy dan Gregorius Chandra. 2012. Pemasaran Strategik. Yogyakarta: Andi.