1.1.
Latar Belakang
Perubahan gaya hidup
sering kali mempengaruhi pola konsumsi masyarakat. Salah satu dari perubahan
itu adalah digemarinya mie instan sebagai makanan pengganti nasi. Bahkan kian
hari produk ini kian menjadi makanan pilihan konsumen, karena selain praktis
dan harganya pun terjangkau, mie instan juga cukup mengenyangkan perut.
Perkembangan produk mie
instan di Indonesia memperlihatkan suatu peningkatan yang positif. Secara kuantitas,
produk mie instan dari tahun ke tahun mengalami kenaikan dengan tren yang
positif. Hal ini menunjukan suatu prospek yang cukup baik bagi industry mie
instan pada masa yang akan datang. PT. Indofood Sukses Makmur menjadikan mutu
dan kepuasan pelanggan sebagai basis bagi perencanaan yang dilakukan oleh
perusahaan. Oleh karena itu, keinginan dan kebutuhan konsumen harus
diperhatikan oleh produsen karena kebutuhan ini akan terus-menerus berubah.
Perkembangan produk mie instan yang sudah dianggap sebagai makanan cepat saji
dan bahkan sebagai makanan pokok menyababkan tingkat persaingan pada industry
mie instan semakin tinggi.
1.2.
Teori
1.2.1.
Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran
adalah pola pikir pemasaran yang akan digunakan untuk mencapai tujuan
pemasarannya. Strategi pemasaran berisi strategi spesifik untuk pasar sasaran,
penetapan posisi, bauran pemasaran dan besarnya pengeluaran pemasaran (Philip
Kotler, 2004:81).
Begitu kuatnya citra
Indomie di pasar Indonesia sehingga sebagian masyarakat menganggap seolah mie
instan itu adalah Indomie (Indomie menjadi Top
of Mind dalam mie instan). Dalam Top
Brand Index (TBI) periode 2006-2008, Indomie menduduki posisi pertama
dengan TBI berturut-turut 65,8%, 66,5% dan 71,4% (David, S.S., 2008, Majalah
Marketing-Edisi Khusus TOP BRAND). Keberhasilan Indomie terus bertahan di
urutan teratas Top Brand adalah
berkat kosistensi Indomie dalam menjalankan strategi kunci 3A, yaitu :
·
Acceptability,
yaitu rasa Indomie yang sudah bisa diterima di lidah konsumen (Product).
·
Avalaibility,
produk Indomie mudah diperoleh dimana saja (Place).
·
Affordability,
tercermin dari harga eceran Indomie yang terjangkau (Price).
1.2.2.
Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Bauran Pemasaran (Marketing Mix) adalah strategi
mengkombinasikan kegiatan-kegiatan marketing,
agar tercipta kombinasi maksimal sehingga memunculkan hasil paling memuaskan
(Alma, 2005:205). Bauran pemasaran (marketing
mix) terdiri dari :
- Produk (Product)
Produk adalah
setiap apa saja yang bisa ditawarkan di pasar untuk mendapatkan perhatian,
permintaan, pemakaian atau konsumsi yang dapat memenuhi keingingan atau
kebutuhan (Sumarni dan Soeprihanto, 2010:274).
Produk yang
diproduksi oleh Indomie adalah mie yang memiliki kualitas tinggi dengan macam
varian, yaitu Indomie goreng dengan rasa yang berbagai macam seperti Indomie goreng Special, Indomie goreng
Rendang dan lain-lain, pada Indomie kuah juga memiliki varian rasa, yaitu
Indomie rasa soto special, Indomie kari ayam, Indomie rasa Ayam Bawang dan
bahkan ada Indomie citarasa tradisional seperti Indomie goreng Cakalang,
Indomie rasa soto Betawi dan soto Banjar. Hal tersebut menunjukan bahwa Indomie
ingin terus memberikan mie yang berkualitas kepada konsumennya dengan terus
melakukan inovasi untuk menghasilkan citarasa mie yang sesuai dengan selera konsumen.
- Harga (Price)
Harga adalah
jumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk
mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya (Sumarni dan
Soeprihanto, 2010:281).
Indomie selain
dapat dibeli per bungkus, dapat juga dibeli dengan paket 5 bungkus atau paket 1
kardus berisi 30 atau 40 bungkus indomie. Harga Indomie juga sangat murah dan
terjangkau bagi semua kalangan masyarakat di Indonesia, per bungkus indomie
dihargai sekitar Rp 2000.
- Tempat (Place)
Tempat dalam marketing mix biasa disebut dengan
saluran distribusi, saluran dimana produk tersebut sampai kepada konsumen.
Saluran distribusi adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk
menyalurkan produk tersebut dari produsen sampai ke konsumen atau industry
pemakai (Sumarni dan Soeprihanto, 2010:288).
Group Distribusi Indofood memiliki jaringan distribusi terluas di Indonesia, menembus sampai hampir ke setiap sudut kepulauan. Jumlah titik stok (gudang) semakin diperbanyak secara agresif sejak tahun 2005 sehingga mampu menyediakan penetrasi yang lebih luas melalui rantai supplay dan penghantaran. Gudang stok ditempatkan pada area-area yang memiliki outlet retail yang banyak termasuk pasar tradisional, sehingga setiap gudang dapat melayani masing-masing area geografis dalam waktu yang sesingkat mungkin (www.indofood.com).
Group Distribusi Indofood memiliki jaringan distribusi terluas di Indonesia, menembus sampai hampir ke setiap sudut kepulauan. Jumlah titik stok (gudang) semakin diperbanyak secara agresif sejak tahun 2005 sehingga mampu menyediakan penetrasi yang lebih luas melalui rantai supplay dan penghantaran. Gudang stok ditempatkan pada area-area yang memiliki outlet retail yang banyak termasuk pasar tradisional, sehingga setiap gudang dapat melayani masing-masing area geografis dalam waktu yang sesingkat mungkin (www.indofood.com).
- Promosi (Promotion)
Promosi adalah
suatu bentuk komunikasi pemasaran artinya aktivitas pemasaran yang berusaha
menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk dan atau meningkatkan pasar
sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal
pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan (Tjiptono, 2008:218).
Promosi yang dilakukan
Indomie adalah dengan melalui tagline
“Indomie…Seleraku” demikian sebuah ‘jingle’ iklan yang nyaris selalu ada pada
ingatan masyarakat terhadap produk makanan mie instan. Selain itu, Indomie juga
melakukan promosi dengan memasang billboard, iklan tv dan sponsor acara.
1.2.3.
Segmentasi, Targeting, Positoning
1.2.3.1. Segmentasi
Segmentasi pasar
dapat diartikan sebagai proses mengelompokan pasar keseluruhan yang heterogen
menjadi kelompok-kelompok atau segmen-segmen yang memiliki kesamaan dalam hal
kebutuhan, keinginan, perilaku dan/atau respon terhadap program pemasaran
spesifik (Tjiptono dan Chandra, 2012:150).
Segmentasi
pasar Indomie, yaitu :
1.
Geografis :
wilayah seluruh Indonesia, dari kepadatan tinggi sampai rendah.
2.
Demografis :
jenis kelamin (semua), agama (semua), pekerjaan (semua), pendidikan (tidak
terbatas), ras (tidak terbatas).
3.
Psikografis :
gaya hidup konsumtif, praktis dan hemat.
4.
Perilaku :
tingkat pemakaian tinggi hingga rendah, loyalitas konsumen, tujuan penggunaan.
1.2.3.2. Targeting
Pasar sasaran adalah
proses mengevaluasi dan memilih satu atau beberapa segmen pasar yang dinilai
paling menarik untuk dilayani dengan program pemasaran spesifik perusahaan
(Tjiptono dan Chandra, 2012:162).
Target pasar Indomie adalah semua umur kecuali
balita.
1.2.3.3. Positioning
Positioning adalah cara
produk, merek atau organisasi perusahaan dipersepsikan secara relative
dibandingkan dengan produk, merek atau organisasi pesaing oleh pelanggan saat
ini maupun calon pelanggan (Tjiptono dan Chandra, 2012:1).
Positioning
Indomie, yaitu :
1.
Menanamkan di
benak konsumen bahwa Indomie adalah mie-nya orang Indonesia, dengan citarasa
Nusantara dari berbagai daerah, sehingga sesuai dengan tagline “Indomie…Seleraku”.
2.
Mie instan yang
praktis dan nikmat untuk dikonsumsi, dapat dihidangkan dengan lauk pauk
lainnya.
1.2.4.
Pemasaran Indomie di Mancanegara
Produk Indomie sudah
bisa didapatkan di sekitar 80 negara di dunia. Langkah pemasaran dan
pembangunan brand-nya yang sangat intensif menjadikan banyak masyarakat
sejumlah negara di dunia menganggap Indomie adalah produk asli negaranya.
Setelah Malaysia, Surinah, Saudi Arabia dan Nigeria, Indofood tengah bersiap membangun fasilitas produksi di
Maroko. Brand Indomie bahkan nyaris mendunia dengan cakupan pasar yang mencapai
Asia, Timur Tengah dan Amerika Latin.
Indonesia sudah hadir
cukup mapan menguasi pangsa pasar mie instan di dalam negeri. Produk mie instan
ini memang sudah dikenal oleh konsumen-konsumen dibanyak negara di belahan
dunia. Bahkan di dalam negeri, begitu kuatnya brand awareness Indomie di benak masyarakat, namanya kadang melekat
sebagai pengganti nama mie instan.
Berhasil membangun
brand sebagai produk mie instan nomor satu di dalam negeri, Indofood pun mulai
berkespansi memasarkan produknya ke sejumlah negara. Di Nigeria, Indofood telah
eksis sejak 20 tahun silam. Dari Nigeria, Indomie menyebar menguasai pasar mie instan di Afrika Barat.
Indofood menjejakan
kakinya di Nigeria melalui Dufil Group, yang merupakan kelompok usaha kerja
sama yang dijalain antara Salim Group dan Tolaram Group asal Singapura. Ada
yang menarik dari kisah Indomie di Nigeria, yaitu begitu massifnya upaya branding Indomie di negara tersebut
hingga menguasai pasar lokal dan Afrika Barat, banyak penduduk lokal Nigeria
menganggap bahwa Indomie adalah produk mie instan asal Nigeria.
Di Mesir, Indomie hadir
melalui perusahaan patungan Salim Wazaran Abu Alata Co. Ltd. Perusahaan
patungan ini kemudian mulai membangun fasilitas produksi pada 10 tahun silam
dan mulali berproduksi pada 2009. Saat ini pabrik Indomie di Mesir menyerap
1000 tenaga kerja.
Sementara di Malaysia,
Indofood mulai mengembangkan bisnisnya dengan membeli fasilitas produksi mie
instan milik perusahaan mie Malaysia Medan Pulangan Sdn Bhd senilai juta
ringgit Malaysia pada Juni 2006. Langkah ini dilakukan untuk menurunkan biaya
transportasi dan investasi bagi kegiatan produksi Indofood di Malaysia.
Sejumlah varian Indomie hasil produksi Malaysia pun sempat dipasarkan di
Indonesia, untuk melengkapi pilihan produk yang ditawarkan bagi para
konsumennya.
Saat ini, Salim Group
melalui Indofood juga tengah melebarkan ekspansinya ke Maroko. Perusahaan ini
tengah menyelesaikan pembangunan pabrik Indomie di kawasan Ain Johra Industrial
Estate di Tiflet, Maroko. Indomie telah memasuki pasar Maroko lima tahun lalu,
dengan membentuk Indo Marocco Company suatu kemitraan antara Sawaz Group (Salim
Group dan Wazaran/Arab Saudi Group) dan perusahaan lokal Maroko LINA yang
dimiliki oleh pengusaha Abdullah Ghozy.
1.3.
Analisis
Menurut saya brand name yang telah melekat di
masyarakat membuat Indomie tetap menjadi Market
Leader produk mie instan di Indonesia. Bila sudah mendengar atau membaca
jingle “Indomie…Seleraku” otomatis masyarakat langsung teringat produk mie
instan ini. Untuk mempertahankan posisinya sebagai produk mie instan nomor satu
dan berkualitas, Indomie terus melakukan inovasi yaitu, dengan menciptakan
berbagai macam rasa baru yang tidak ada di produk mie instan lain. Dengan
menciptakan citarasa Nusantara, Indomie berhasil memperkenalkan makanan khas daerah
yang ada di Indonesia hanya dengan sebungkus mie instan, sehingga Indomie mampu
mempertahankan budaya Indonesia. Faktor budaya memiliki pengaruh yang sangat
besar dalam kegiatan pemasaran Internasional yang dijadikan landasan bagi para
pelaku bisnis untuk melakukan kegiatan usahanya. Hal ini karena budaya pada
tingkat Internasional sangat beragam, berbeda-beda dan dinamis sehingga
memerlukan cara, strategi yang berbeda-beda pula untuk memasarkan produk
tersebut.
Referensi
Kotler, Philip. 2004. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol.
Jilid 1 Edisi Kesebelas. Jakarta: Prenhallindo.
Buchari, Alma. 2005. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Cetakan 5. Bandung: CV
Alfabeta.
Sumarni, Murti dan John Soeprihanto. 2010. Pengantar Bisnis (Dasar-Dasar Ekonomi
Perusahaan). Edisi ke 5. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.
Tjiptono, Fandy. 2008. Strategi Pemasaran. Edisi ke 3.
Yogyakarta: Andi.
Tjiptono, Fandy dan Gregorius Chandra.
2012. Pemasaran Strategik.
Yogyakarta: Andi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar