1.1.
Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk individu dan makhluk
sosial. Sebagai makhluk individu setiap manusia mempunyai cipta, rasa, dan
karsa yang mendorong nya menciptakan hasil karya yang disebut kebudayaan.
Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan bantuan individu lain agar mampu
bertahan hidup. Kedudukan manusia sebagai makhluk sosial mendorong terciptanya
lingkungan sosial budaya dalam kehidupan masyarakat.
Lingkungan sosial budaya terdiri dari dua aspek,
yaitu lingkungan sosial dan lingkungan budaya. Lingkungan sosial adalah
kekuatan masyarakat dan berbagai sistem norma di sekitar individu atau kelompok
manusia yang memengaruhi tingkah laku dan interaksi mereka .
Lingkungan budaya adalah keadaan sistem nilai
budaya, ada istiadat, dan cara hidup masyarakat yang mengelilingi kehidupan seseorang. Berdasarkan
kedua pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa dalam lingkungan sosial budaya
berlaku sistem yang memengaruhi cara hidup manusia dalam bermasyarakat sistem
yang berlaku tiap tiap lingkungan sosial budaya berbeda satu sama lain,
misalnya sistem yang berlaku di lingkungan rumah berbeda dengan sistem
lingkungan sekolah, dirumah tidak ada peraturan yang mengharuskan memakai
pakaian seragam. Inti nya, jika ingin bertahan disuatu lingkungan sosial budaya
tertentu, harus mampu beradaptasi dan mematuhi sistem aturan yang berlaku di
lingkungan tersebut.
Lingkungan sosial dan budaya
dapat mempengaruhi pemasaran produk industri di seluruh dunia dan
sebaiknya harus dikenali dengan baik untuk merumuskan rencana rencana jitu dalam
menjalankan pemasaran global. Budaya juga mempunyai pengaruh signifikan
terhadap tingkah laku konsumsi.
Pemasaran global dilakukan dalam
sebuah lingkungan yang selalu berubah oleh adanya bauran ekonomi, adanya
budaya, dan adanya tekanan sosial. Sehingga pemasar global harus paham betul
tiga aspek tersebut agar mampu menjalanankan transaksi komersial dalam
memasarkan produk. Maka antara eksekutif pemasaran dan manajer pasar asing
haruslah saling memupuk rasa percaya.
1.2.
Teori
1.2.1.
Aspek Dasar Budaya
Bagi
pemasaran internasional, pencarian budaya universal merupakan hal yang sangat
bermanfaat. Budaya universal adalah modus tingkah laku yang ada dalam setiap
budaya, keanekaragaman budaya di dunia ternyata hanya merupakan cara yang
berbeda untuk mencapai sesuatu yang sama. Jadi para pemasar internasional dapat
melakukan standarisasi berbagai aspek program pemasaran, sejauh aspek
lingkungan budaya bersifat universal.
Ada
7 unsur kebudayaan yang disebut sebagai unsur-unsur kebudayaan universal menurut
C. KLUCKHOHN, sebagai berikut :
1)
Sistem
Pencaharian Hidup
2)
Sistem Peralatan
dan Teknologi
3)
Sistem
Organisasi Kemasyarakatan
4)
Sistem
Pengetahuan
5)
Bahasa
6)
Kesenian
7)
Sistem Religi
dan Upacara Keagamaan
1.2.2.
Komunikasi dan Negosiasi
Jika
bahasa dan budaya berubah, ada tantangan tambahan dalam komunikasi. Misalnya,
“ya” dan “tidak” dipergunakan dengan cara yang berbeda antara Negara Jepang dan
Negara barat. Hal ini menyebabkan kebingungan dan kesalahpahaman. Dalam bahasa
inggris jawaban “ya” atau “tidak” atas sebuah pertanyaan didasarkan pada apakah
jawabannya mengiyakan atau menolak. Dalam bahasa Jepang, tidak demikian.
Jawaban “ya” atau “tidak” dapat dipergunakan untuk jawaban yang membenarkan
atau menolak pertanyaan tadi.
1.2.3.
Pengaruh Pemasaran Produk Industri
Berbagai
faktor budaya yang telah dijelaskan sebelumnya mempunyai pengaruh penting pada
pemasaran produk industri di seluruh dunia dan harus dikenali dalam merumuskan
rencana pemasaran global. Beberapa produk industri dapat menunjukkan
sensitivitas lingkungan yang rendah, seperti dalam kasus chip komputer,
misalnya, atau tingkat tinggi, seperti dalam kasus generator turbin yang mana
kebijakan pemerintah untuk “pembelian nasional” menunjukkan bahwa tawaran dari
penawar asing itu tidak menguntungkan.
1.2.4.
Pengaruh Pemasaran Produk Konsumen
Pengamatan dan studi menunjukkan bahwa tanpa
tergantung pada kelas sosial dan pendapatan, budaya mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap perilaku konsumsi, penggunaan media, dan kepemilikan barang
yang tahan lama. Produk konsumen mungkin lebih peka terhadap perbedaan budaya
daripada produk industri. Rasa lapar merupakan suatu kebutuhan fisiologis dasar
dalam hirarki Maslow; semua orang butuh makan, tapi apa yang akan kita makan
sangat dipengaruhi oleh budaya.
1.2.5. Contoh Kasus
McDonald’s
ketika memasuki pasar India pada akhir 1990an, mengganti Big Mac-nya yang
terbuat dari daging sapi menjadi “Maharaja Mac” yang terbuat dari daging
kambing ketika ia membuka operasinya di India. Selain itu, ia juga membagi
menunya ke dalam kategori vegetarian dan non-vegetarian. India yang mayoritas
penduduknya beragama Hindu adalah pemuja sapi. Sapi dianggap sebagai binatang
yang sakral di negara tersebut. Selain itu, mayoritas dari kaum Hindu adalah
vegetarian. McDonald’s sebagai perusahaan global dalam hal ini menyesuaikan
diri dengan budaya lokal India.
Disini
kita dapat melihat bahwa McDonald’s melakukan beberapa kajian lingkungan
eksternal sebelum memasuki pasar India, terutama pada aspek-aspek budaya,
norma, nilai, dan kepercayaan/agama. Tentu saja McDonald’s juga telah
mempertimbangkan variabel lainnya seperti ekonomi dan politik. Pembukaan
restoran McDonald’s pertama di India dilakukan beberapa tahun setelah
pemerintah membuka pintu masuk investasi asing bagi industrinya.
McDonald’s
yang masuk ke India beberapa tahun setelah KFC telah mempersiapkan diri untuk
menghindari ancaman-ancaman berupa protes dan demostrasi. Selain itu juga,
berusaha menangkap peluang dengan menyesuaikan menu dengan kaum mayoritas di
India. Meskipun perusahaan sempat tersangkut kasus hukum (akibat adanya
kandungan ekstrak sapi di minyak penggoreng kentangnya) namun kerugian yang
dihadapi tidak separah KFC.
1.3.
Analisis
Tiap-tiap bangsa mempunyai nilai, adat istiadat dan
tabu sendiri-sendiri. Pengusaha asing, jika ingin berhasil, harus menanggalkan
enosentrisme mereka dan mencoba memahami kultur dan kebiasaan bisnis di negara
tuan rumah, yang seringkali berbeda konsep waktu, ruang dan tata caranya.
Menurut contoh kasus diatas, Mc’Donalds dalam
mendistribusikan produknya di India mengganti Big Mac-nya yang terbuat dari
daging sapi menjadi “Maharaja Mac” yang terbuat dari daging kambing. Karena di India
yang mayoritas penduduknya beragama Hindu adalah pemuja sapi. Sapi dianggap
sebagai binatang yang sakral di negara tersebut. Selain itu, mayoritas dari
kaum Hindu adalah vegetarian. Oleh sebab itu, McDonald’s sebagai perusahaan
global dalam hal ini menyesuaikan diri dengan budaya lokal India.
Referensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar