Kamis, 08 November 2018

Lingkungan Sosial Budaya dan Aspek-Aspeknya serta Contoh Kasus


1.1.  Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu setiap manusia mempunyai cipta, rasa, dan karsa yang mendorong nya menciptakan hasil karya yang disebut kebudayaan. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan bantuan individu lain agar mampu bertahan hidup. Kedudukan manusia sebagai makhluk sosial mendorong terciptanya lingkungan sosial budaya dalam kehidupan masyarakat.
Lingkungan sosial budaya terdiri dari dua aspek, yaitu lingkungan sosial dan lingkungan budaya. Lingkungan sosial adalah kekuatan masyarakat dan berbagai sistem norma di sekitar individu atau kelompok manusia yang memengaruhi tingkah laku dan interaksi mereka .
Lingkungan budaya adalah keadaan sistem nilai budaya, ada istiadat, dan cara hidup masyarakat yang  mengelilingi kehidupan seseorang. Berdasarkan kedua pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa dalam lingkungan sosial budaya berlaku sistem yang memengaruhi cara hidup manusia dalam bermasyarakat sistem yang berlaku tiap tiap lingkungan sosial budaya berbeda satu sama lain, misalnya sistem yang berlaku di lingkungan rumah berbeda dengan sistem lingkungan sekolah, dirumah tidak ada peraturan yang mengharuskan memakai pakaian seragam. Inti nya, jika ingin bertahan disuatu lingkungan sosial budaya tertentu, harus mampu beradaptasi dan mematuhi sistem aturan yang berlaku di lingkungan tersebut.
Lingkungan sosial dan budaya dapat mempengaruhi  pemasaran produk industri di seluruh dunia dan sebaiknya harus dikenali dengan baik untuk merumuskan rencana rencana jitu dalam menjalankan pemasaran global. Budaya juga mempunyai pengaruh signifikan terhadap tingkah laku konsumsi.
Pemasaran global dilakukan dalam sebuah lingkungan yang selalu berubah oleh adanya bauran ekonomi, adanya budaya, dan adanya tekanan sosial. Sehingga pemasar global harus paham betul tiga aspek tersebut agar mampu menjalanankan transaksi komersial dalam memasarkan produk. Maka antara eksekutif pemasaran dan manajer pasar asing haruslah saling memupuk rasa percaya.

1.2.  Teori
1.2.1. Aspek Dasar Budaya
Bagi pemasaran internasional, pencarian budaya universal merupakan hal yang sangat bermanfaat. Budaya universal adalah modus tingkah laku yang ada dalam setiap budaya, keanekaragaman budaya di dunia ternyata hanya merupakan cara yang berbeda untuk mencapai sesuatu yang sama. Jadi para pemasar internasional dapat melakukan standarisasi berbagai aspek program pemasaran, sejauh aspek lingkungan budaya bersifat universal.
Ada 7 unsur kebudayaan yang disebut sebagai unsur-unsur kebudayaan universal menurut C. KLUCKHOHN, sebagai berikut :
1)   Sistem Pencaharian Hidup
2)   Sistem Peralatan dan Teknologi
3)   Sistem Organisasi Kemasyarakatan
4)   Sistem Pengetahuan
5)   Bahasa
6)   Kesenian
7)   Sistem Religi dan Upacara Keagamaan

1.2.2. Komunikasi dan Negosiasi
Jika bahasa dan budaya berubah, ada tantangan tambahan dalam komunikasi. Misalnya, “ya” dan “tidak” dipergunakan dengan cara yang berbeda antara Negara Jepang dan Negara barat. Hal ini menyebabkan kebingungan dan kesalahpahaman. Dalam bahasa inggris jawaban “ya” atau “tidak” atas sebuah pertanyaan didasarkan pada apakah jawabannya mengiyakan atau menolak. Dalam bahasa Jepang, tidak demikian. Jawaban “ya” atau “tidak” dapat dipergunakan untuk jawaban yang membenarkan atau menolak pertanyaan tadi.

1.2.3. Pengaruh Pemasaran Produk Industri
Berbagai faktor budaya yang telah dijelaskan sebelumnya mempunyai pengaruh penting pada pemasaran produk industri di seluruh dunia dan harus dikenali dalam merumuskan rencana pemasaran global. Beberapa produk industri dapat menunjukkan sensitivitas lingkungan yang rendah, seperti dalam kasus chip komputer, misalnya, atau tingkat tinggi, seperti dalam kasus generator turbin yang mana kebijakan pemerintah untuk “pembelian nasional” menunjukkan bahwa tawaran dari penawar asing itu tidak menguntungkan.

1.2.4. Pengaruh Pemasaran Produk Konsumen
Pengamatan dan studi menunjukkan bahwa tanpa tergantung pada kelas sosial dan pendapatan, budaya mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku konsumsi, penggunaan media, dan kepemilikan barang yang tahan lama. Produk konsumen mungkin lebih peka terhadap perbedaan budaya daripada produk industri. Rasa lapar merupakan suatu kebutuhan fisiologis dasar dalam hirarki Maslow; semua orang butuh makan, tapi apa yang akan kita makan sangat dipengaruhi oleh budaya.

1.2.5. Contoh Kasus
McDonald’s ketika memasuki pasar India pada akhir 1990an, mengganti Big Mac-nya yang terbuat dari daging sapi menjadi “Maharaja Mac” yang terbuat dari daging kambing ketika ia membuka operasinya di India. Selain itu, ia juga membagi menunya ke dalam kategori vegetarian dan non-vegetarian. India yang mayoritas penduduknya beragama Hindu adalah pemuja sapi. Sapi dianggap sebagai binatang yang sakral di negara tersebut. Selain itu, mayoritas dari kaum Hindu adalah vegetarian. McDonald’s sebagai perusahaan global dalam hal ini menyesuaikan diri dengan budaya lokal India.
Disini kita dapat melihat bahwa McDonald’s melakukan beberapa kajian lingkungan eksternal sebelum memasuki pasar India, terutama pada aspek-aspek budaya, norma, nilai, dan kepercayaan/agama. Tentu saja McDonald’s juga telah mempertimbangkan variabel lainnya seperti ekonomi dan politik. Pembukaan restoran McDonald’s pertama di India dilakukan beberapa tahun setelah pemerintah membuka pintu masuk investasi asing bagi industrinya.
McDonald’s yang masuk ke India beberapa tahun setelah KFC telah mempersiapkan diri untuk menghindari ancaman-ancaman berupa protes dan demostrasi. Selain itu juga, berusaha menangkap peluang dengan menyesuaikan menu dengan kaum mayoritas di India. Meskipun perusahaan sempat tersangkut kasus hukum (akibat adanya kandungan ekstrak sapi di minyak penggoreng kentangnya) namun kerugian yang dihadapi tidak separah KFC.

1.3.  Analisis
Tiap-tiap bangsa mempunyai nilai, adat istiadat dan tabu sendiri-sendiri. Pengusaha asing, jika ingin berhasil, harus menanggalkan enosentrisme mereka dan mencoba memahami kultur dan kebiasaan bisnis di negara tuan rumah, yang seringkali berbeda konsep waktu, ruang dan tata caranya.
Menurut contoh kasus diatas, Mc’Donalds dalam mendistribusikan produknya di India mengganti Big Mac-nya yang terbuat dari daging sapi menjadi “Maharaja Mac” yang terbuat dari daging kambing. Karena di India yang mayoritas penduduknya beragama Hindu adalah pemuja sapi. Sapi dianggap sebagai binatang yang sakral di negara tersebut. Selain itu, mayoritas dari kaum Hindu adalah vegetarian. Oleh sebab itu, McDonald’s sebagai perusahaan global dalam hal ini menyesuaikan diri dengan budaya lokal India.

Referensi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar