Setiap manusia
yang hidup di dunia pasti pernah merasakan penderitaan. Baik itu ringan atau
berat. Hidup tidaklah selalu bahagia, Tuhan memiliki caranya sendiri untuk
mengukur seberapa kuat iman kepada-Nya. Hidup di duniapun tidak selalu
menderita.
Terkadang saat manusia terlalu
terbuai dengan kesenangan duniawi, manusia akan melupakan batasan-batasan yang
ada sehingga Tuhan akan memberikan cobaan untuknya yang membuat menderita.
Penderitaan datang selalu tak
terduga, manusia takkan pernah tau kapan, jam berapa, menit keberapa, dan detik
keberapa penderitaan akan datang menghampiri hidupnya. Manusia hanya perlu
menjalani hidupnya dengan sebaik-baiknya dengan aturan yang berlaku dan sesuai
kepercayaannya.
Penderitaan berasal dari kata
derita. Kata derita berasal dari bahasa Sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung.
Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan.
Penderitaan bisa bersifat lahir dan bersifat batin. Setiap manusia memiliki
penderitaan yang berbeda-beda. Manusia dikatakan menderita apabila dia memiliki
masalah, depresi karena tekanan hidup, dan lain-lain.
Menurut agama penderitaan itu adalah
teguran dari Tuhan. Penderitaan ada yang ringan dan berat. Penderitaan adalah
termasuk realitas manusia di dunia. Namun, peranan individu juga menentukan
berat-tidaknya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap
penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Penderitaan
adalah bagian dari kehidupan. Penderitaan dapat memberikan hikmah yang besar,
ada pula yang menyebabkan kegelapan dalam hidupnya. Oleh karena itu,
penderitaan belum tentu tidak bermanfaat. Penderitaan juga dapat menular dari
seseorang kepada orang lain.
Penderitaan bukan sesuatu yang semu,
mereka datang bagai kemerdekaan diantara penjajahan seseorang, membuat seorang
yang merasa dirinya sempurna akan mendadak hancur dan membenci bumi serta
isinya, ini adalah kenyataan yang kadang pahit untuk ditelaah, kadang
menyedihkan untuk disadari, hidup tanpa penderitaan bagai sayur tanpa garam,
hidup tanpa penderitaan tak akan ada gunanya.
Penderitaan datang sebagai cerita
dan peninggalan, dikala seorang akan mengingat semua kisah hidupnya mereka yang
tumbuh dengan penderitaan akan tumbuh dengan ketegaran. Setiap orang, setiap
jengkal seseorang dari makhluk yang bermukim didunia ini pasti pernah merasakan
derita, entah itu hanya tertusuk jarum saja, atau ketika kasihnya yang paling
ia kasihi pergi meninggalkan pertiwi.
Umpama gunung yang berpuncak es, indah
terlihat tapi tahukah kita, bila gunung itu meninggalkan sejuta kepedihan, meninggalkan
bermacam rupa luka, kita tak pernah tahu, bisa saja dulu gunung itu ialah
gunung dengan sejuta keindahan, dengan ribuan bunga lily yang tumbuh tiap
tahunnya. Namun, badai datang mencumbu tiap senti tanah coklat dataran gunung
itu, keindahannya berubah menjadi beku, mati dan tak terlihat. Namun dapat
menjadi kebahagiaan bagi orang-orang yang menikmati tiap butir saljunya.
Penderitaan terbagi menjadi dua,
yaitu penderitaan fisik dan penderitaan psikis. Penderitaan fisik yang dialami
manusia tentulah bisa diatasi secara medis untuk mengurangi atau
menyembuhkannya, sedangkan penderitaan psikis penyembuhannya terletak pada
kemampuan si penderita dalam menyelesaikan masalah-masalah psikis yang
dihadapinya.
Penderitaan batin dalam ilmu
psikologis dikenal sebagai kekalutan mental. Secara lebih sederhana kekalutan
mental dapat dirumuskan sebagai gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan
seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi sehingga yang bersangkutan
bertingkah secara kurang wajar.
Contoh kasus penderitaan secara mental :
Sandra berusia 35 tahun saat mulai
menjalani terapi. Ini keempat kalinya ia menjalani terapi. Gangguan
obsesif-komplusif dideritanya sejak 10 tahun lalu, tidak lama setelah kematiaan
ayahnya.
Sandra terobsesi ketakutan mengalami
kontaminasi, suatu ketakutan yang secara tidak jelas dikaitkan dengan kematian
ayahnya karena pneumonia. Ia tidak nyaman bersentuhan dengan kayu (objek yang
bergores), surat, benda yang dikemas dalam kaleng, dan noda perak (peralatan
yang berwarna perak). Ia tidak dapat menyatakan mengapa objek-objek tersebut
merupakan sumber kemungkinan kontaminasi dengan kuman.
Untuk mengurangi rasa tidak nyaman,
Sandra melakukan berbagai ritual komplusif yang menghabiskan hampir seluruh
waktunya. Seperti mandi selama 3-4 jam dan waktu mandi ia mengelupas lapisan
luar sabun mandi sehingga sepenuhnya bebas dari kuman. Waktu makan berlangsung
berjam-jam, ia makan tiga suap makanan pada satu waktu, mengunyah setiap suapan
300 kali. Ini dilakukan untuk menghilangkan kontaminasi pada makanannya.
Suaminya kadangkala terlibat dalam upacara makan tersebut, ia mengocok teko teh
dan sayuran beku diatas kepala istrinya untuk menghilangkan kuman. Hal ini
telah merendahkan nilai kehidupannya hingga hampir tidak melakukan apapun
selain itu. Ia tidak pernah keluar rumah, mengerjakan pekerjaan rumah tangga,
atau bahkan berbicara melalui telepon.
Contoh kasus penderitaan secara fisik :
Tanggal 4 September 2014, sebuah
kasus menggemparkan terjadi di Highreach Baby Care yang terletak di lantai
dasar gedung Pertamina, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat. Lewat rekaman
CCTV, seorang karyawan Pertamina bernama Lisa melihat bagaimana anaknya yang
berusia 14 bulan dan dititipkan di baby care tersebut disiksa dengan sangat
biadab. Tubuh anak itu ditimpa kasur busa, dilempar ke kasur, digendong dengan
kasar, diayun dengan kencang pada ayunan hingga kepalanya terpentok dinding.
Rekaman CCTV selama 8 jam itu memperlihatkan
aksi penyiksaan biadab para pengasuh baby care tersebut.
Aksi biadab ini diketahui setelah
Lisa mempertanyakan wajah anaknya yang lebam. Pengasuh baby care menjelaskan
kalau anaknya terjatuh sehingga wajahnya lebam. Tidak terima dengan penjelasan
sang pengasuh, Lisa mengecek rekaman CCTV dan menyaksikan adegan brutal dan
biadab itu.
Lisa kemudian melaporkan kasus ini
ke pihak berwajib. Sebagai tindak lanjut laporan tersebut, kini baby care
tersebut sudah ditutup.
Sumber:
Nama : Indri Nur Afdiyanti
NPM : 13215368
Kelas : 1EA05
Tidak ada komentar:
Posting Komentar